Hello Friends~
Udah lama banget gak nulis di sini sejak terakhir kali ngepost soal ikut fanmeeting Gita Savitri di Depok. Sebenernya gue masih dalam keadaan writer bloks, atau mungkin gue emang malas aja buat nulis hehe.
pic from Pinterest |
Mungkin memang gua males aja
kayaknya. Tapi, malesnya dari bulan Februari lalu... errrr...
Jadinya gue sering banget kesel sendiri. Marah-marah sendiri karena sindrome kemalesan. Yang padahal mah karena ulah sendiri. Habis itu hobby-nya ngeliat orang yang produktif di masa pandemi ini. Orang-orang masih semangat 45 menjalani rutinitasnya, sedangkan gue be like...
Pic from Google |
Tapi akhir-akhir ini gue kangen banget beli buku, kangen banget ngerasain ada di tengah-tengah banyaknya buku. Melihat kiri kanan gue cuma ada buku aja—masa bodo yang beli buku yang lain, anggap aja mereka ngontrak wkwkwk. Bau buku yang bikin candu gue sampai bikin lupa waktu, daratan dan lupa diri... engga deh bercanda sayang.
Terakhir kali beli buku langsung pun waktu Big Bad Wolf (BBW) di ICE BSD bulan Maret. Padahal biasanya kalau pulang kampung pergi ke pusat Purwakarta atau ke Palasari sekalian jalan-jalan. Tapi karena kondisi lagi begini dan transfortasi agak susah, dan lain sebagainya, gue lebih milih beli buku via online.
Gue iseng-iseng browsing soal
keadaan Pasar Buku Palasari, pengen tahu kondisi para pedagang di sana pada
masa ini. Meskipun gue udah bisa nebak, bahwa para pedagang pasti ngerasaan
dampak saat ini seperti pada aspek-aspek lain.
Sejak pandemi COVID-19 ini masuk
ke Indonesia—tepatnya bulan Maret, pemerintah kota Bandung menetapkan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) plus
Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), semua masyarakat kota Bandung diharuskan untuk menghindari
keramaian dan sebisa mungkin melakukan aktivitas di luar rumah jika ada
kepentingan yang mendesak saja. Pembelajaran pun hanya dilakukan via daring
sebagaimana ketetapan Pak Nadiem selaku Kemendikbud. Namun untuk siswa Sekolah Dasar, guru-guru pengajar diharuskan
untuk mendatangi ke rumah murid—berkelompok maksimal lima orang—untuk
memberikan pembelajaran. Itu pun diharuskan untuk memakai masker saat pembelajaran berlangsung, baik guru maupun muridnya.
Itu artinya baik masyarakat, mahasiswa, maupun siswa sekolah lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, meskipun banyak juga yang tetap keluar rumah untuk bekerja di kantoran, berdagang, dll. Aktfivitas membeli buku secara langsung pun nggak banyak dilakuin orang-orang karena harus menghindari daerah kerumunan. Namun tidak bagi para pedagang buku, mereka harus ke daerah kerumunan dan rentan menjadi sumber penyebaran COVID-19 karena di sana lah sumber mata pencarian mereka. Dari sana lah mereka mendapatkan uang untuk menyambung kehidupan.
Pasar Buku yang sudah ada sejak tahun 1980 ini menjadi sepi karena kondisi saat ini. Semua pedagang yang ada di sini mengalami kesulitan unuk menjual bukunya dikarenakan sepinya pengunjung. Bahkan salah satu reporter yang mengunjungi pasar ini membuat tajuk beritanya dengan menggunakan kata 'redup' sebagai kiasan dari kondisi pasar buku yang menjadi tempat berdagang lebih dari 200 pedagang ini.
Pic from Republika |
"Menurun jauh, kalau biasa jual buku sampai 100 buah per bulan, sekarang hanya dapat 30 lah. Jadi penurunannya mencapai 70%," Ujar Maji, salah satu pedagang di sana. Penurunan jumlah pembelian itu pasti dikarenakan jumlah pembeli dan penggunakan penjualan mayoritas pedagang yang hanya mengandalkan pemasaran offline dalam menjual dagangannya saja.
Pic from Google |
Adapun beberapa diantara mereka yang mulai untuk menjual buku-bukunya di e-commerce (Shopee, Lazada, Tokped, dll), tetapi tidak banyak menolong perekonomian mereka, dikarenakan:
1. Para Pedagang kesulitan untuk mempelajari hal baru
Para pedagang mengaku jika melakukan bisnis secara digital merupakan hal yang baru bagi mereka. Para pedagang yang mayoritas berusia 30 tahun ke atas cenderung tidak terlalu aktif menggunakan media sosial, terlebih menggunakan platform e-commerce. Meskipun demikian, para pedagang tetap menjalankan hal ini untuk membantu mereka menjual bukunya.
2. Bersaing dengan Toko Online yang sudah besar
Hal ini tak dapat
dihindari, toko buku online yang lebih besar karena lebih dahulu menggeluti
e-commerce sudah mendapatkan pembeli yang loyal. Itu berarti pendapatan mereka
lebih banyak dari hasil tingginya penjualan buku. Ada seorang penjual
yang mengatakan bahwa hingga siang hari hanya satu buku saja yang terjual dari toko online mereka.
Hingga hari ini, para pedagang di
Palasari sangat kesulitan untuk menjual buku-buku mereka, yang berarti mereka
juga kesulitan untuk memenuhi perekonomian keluarga dikarenakan mereka memiliki
satu sumber mata pencarian yakni menjual buku.
Dan mungkin ini juga yang dirasain
sama para pedagang di pasar buku Jatinegara, Purwakarta, Pasar Modern BSD, dan
pasar-pasar buku lainnya di Indonesia.
Bayangin aja...
Gue nggak nyaranin kalian untuk pergi ke pasar sekarang juga untuk borong buku-buku buat bantu mereka. Nggak. Apalagi pergi dengan tanpa memakai protokol yang sesuai anjuran pemerintah. Nggak banget. Tapi yang bisa kalian lakuin untuk membantu mereka adalah membeli buku di toko online mereka. Meskipun cuma satu! Mau itu novel, buku pelajaran, kamus bahasa, dll, yang jelas uang yang kalian keluarkan untuk membeli buku itu bisa bikin para pedagang buku bahagia guys.
Coba bayangin, ada kakek yang lagi
diem di tokonya, nengok ke kiri-kanan nunggu pembeli dari pagi sampai siang
hari tiba-tiba ada notif kalian yang beli bukunya. Apalagi kalau dia kebanjiran
orderan.
Ataupun kalian tipekal orang yang
kaya gue, suka datang langsung buat ngerasain sensasi ngeliat banyak buku,
ngeraba buku, ngehirup aromanya, atau sekedar berinteraksi sama para penjual
buat ngobrol... please, pakai masker dan bawa hand sinitezer sebagai bentuk
perlindungan diri. Hal yang menurut sebagian orang itu ngerepotin, tapi itu
semua bisa ngelindungin kalian dan orang lain. Jadi gak usah bandel dan ngerasa
banyak nyawa kaya kucing. -_-
Sebenernya masih banyak faktor dimana orang-orang yang menjual buku sulit kebanjiran pembeli di karenakan pandemi ini, kompetitor, perang harga, buku soft cover yang bisa diakses dimanapun dan lebih simple, dan maraknya buku-buku KW maupun download secara ilegal. Apapun itu orang pasti punya alasannya dan kalau bahas ini pasti nggak kelar-kelar adu argumen antara penulis dan pembaca.
Emang susah sih kalo gue liat. Minat baca orang Indonesia menurut data UNESCO tahun 2016 hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia, yang rajin baca buku itu cuma 1 orang aja. Indonesia sendiri berada di peringkat ke 60 sebagai negara dengan minat baca tertinggi di dunia, satu peringkat berbeda dari Botswana Afrika yang di peringkat 61 (baca di sini). . Berbeda dengan negara-negara maju seperti Korea, Amerika Serikat, Inggris, dll. Bahkan gue pernah baca dari setiap rumah orang Inggris, setidaknya mereka punya 5 buku di dalam rumah mereka.
Faktor-faktor yang bikin rendahnya minat baca di Indonesia pun banyak. Nanti aja kayaknya gue bahas biar artikel kali ini ngga ngebahas ngaler ngidul.
That’s all. Yang pengen gue bahas
kali ini. Gue pun gak menapik kalau masih bandel baca buku hasil download di
telegram atau google, dikarenakan gue yang masih pake duit untuk keperluan
lain, buku yang mau gue baca ngga ada di toko online, dan menghemat duit gue. Jangan
dicontoh guys. J
Tapi gue masih punya mimpi untuk punya perpustakaan pribadi di rumah, yang satu ruangan itu dipenuhi sama buku-buku. Insya'Allah.
Oke deh segitu aja kayaknya,
pokoknya jangan lupa beli buku di toko online, khususnya para pedagang Pasar
Buku Palasari di e-commerce dengan ketik keyword ‘Palasari’ di kolom
pencariannya. Banyak kok, gue aja yang pengguna Shopee nemuin ada empat toko
buku bernama Palasari dan setelah gue check semuanya dari Bandung.
So, happy Saturday. See u
friends~
Pic from Pinterest |
With Love,
Rima Solihat
Follow Me:
Wattpad : @rimasoli
Instagram : @rima.solihat
Twitter : @rimasoli1
4 Comments
Ajak aku qaqa
ReplyDeleteKuy abis pandemi yaaa
DeleteMemang sangat luar biasa akibat pandemi ini ka. Mkasih sudah sharing. Slam dari aku mutualan kaka di twitter he.
ReplyDeleteHaha iya makasih udah mampir ya :*
ReplyDeleteShow your respect with give me comment, please