"How can a person's standard be so complicated?"
Pertanyaan itu yang sering muncul di kepala gue, sampai-sampai gue nanya ke temen se-kos gue apakah perlu gue bahas ini di blog gue? And she says 'Yes!'
Dan di sini lah gue, beserta pemikiran gue yang cenderung rumit dan selalu bercabang setiap saatnya untuk memikiran segala sesuatu yang datang. I'm a girl with hyperactive thinking.
Banyak sekali gue menemukan orang-orang yang memiliki standar yang terbilang WOW untuk calon pasangannya kelak. Bukan untuk calon pacarnya, tetapi untuk calon isteri/suami mereka juga. Seperti mereka (cowok) pengen kalo jodohnya itu punya kulit yang putih, hidung yang mancung, body goals, tinggi yang semampai, pinter, bisa masak, rambutnya lurus, kakinya bagus, etc. Atau temen cewek gue yang pengen punya pasangan yang udah mapan, sarjana, punya motor keren, bijaksana, berwibawa, etc. So dimana sebuah rasa 'penerimaan', 'memaklumi' dan 'mencintai segala kekurangan dan kelebihan dari pasangan', ya?
Bukannya cinta itu katanya harus menerima segala sesuatu yang ada dalam pasangan. Bukannya 'kita' lah yang akan melengkapi segala kekurangan pasangan? Dan bukannya cinta itu bukan sekedar memandang fisik, ya? Lalu, kalau semua orang memasang standar yang sedemikian sempurnanya itu, gimana nasib mereka-mereka yang mencintai orang tersebut tanpa memandang fisik dan mendambakan kesempurnaan?
Guys, gak ada orang yang sempurna di dunia ini. Kalian gak akan pernah menemukan satu orang pun cewek/cowok dengan paket komplit (ganteng/cantik, pinter, kaya, body goals, bisa masak, mandiri, baik, punya gelar, bla bla bla) dalam satu orang! Akan ada aja kekurangan dari pasangan kalian. Dan kalau pun kalian memang cinta, so please don't think want your spouse to be someone! Bisa aja pasangan atau orang yang saat ini jatuh cinta dan cinta setengah mati sama kalian nggak memandang seperti kalian memandang mereka.
Terlebih, yang namanya kecantikan fisik itu nggak akan bertahan selamanya. Bisa aja 30, 20, 10, 5, 1 tahun bisa hilang. Bahkan sesuatu yang kalian banggakan terhadap pasangan kalian bisa hilang besok pagi! Lalu, setelah standar-standar itu hilang, selanjutnya apa? Apakah hubungan kalian juga sampai saat itu juga?
Gue nggak tau apakah cuma gue yang berpikiran sempit, atau emang gue yang nggak mau terlalu muluk-muluk untuk mencari kesempurnaan. Karena satu hal yang gue tahu, hubungan (mau pacaran atau pernikahan) itu langgeng sampai tua itu bukan karena fisik pasangan. Tetapi karena 'cinta', sebuah definisi real dalam artian gue.
Dan untuk lo yang berpikir untuk mencari pasangan yang setajir-tajirnya, please, jangan bikin wibawa dan martabat lu di muka bumi ini jatuh gara-gara pemikiran yang benar-benar gila. Pernah berpikir nggak sih kalo mereka--pasutri yang sukses--itu memang saling mendukung satu sama lain, berjuang bersama dan saling bahu-membahu sampai mereka sedemikian luar biasa sekarang dan banyak yang kagum? Pernah merhatiin gak anak cowok yang punya motor atau mobil keren itu karena kedua orangtuanya? Pernah menganalisa nggak kalo cowok lu itu punya sifat turunan dari orangtuanya yang sukses, yang dulunya orang biasa seperti kita lalu berjuang tiada henti sampai sukses dan ngasih segalanya yang terbaik untuk anaknya supaya anaknya nggak ngerasain yang namanya 'susah' kayak mereka dulu? Atau jangan-jangan lu nggak tau kalau cowok lu adalah tipe spesies yang cuma maunya menikmati keadaan tanpa mau bersusah payah? Kerjaannya cuma jadi kupu-kupu di kampus, tugas males ngerjain, hobby-nya nongkrong sana-sini sambil nyedot rokok, etc. Mau dikasih apa anak-anak lu nanti?
Gue sedih se-sedih sedihnya. Dimana gue liat banyak banget orang-orang berusaha mati-matian berubah demi menjadi cewek/cowok yang diidamin GBT-annya. Dia diet mati-matian, beli produk ini itu supaya bisa punya kulit putih kinclong bak porselen, berusaha jaga image selama berjam-jam saat orang yang dia sukai itu ada, beli baju buat nambah stok di lemarinya, minta ke bapaknya buat beliin vespa karena si doi suka cowok yang bawa vespa, dll. Sampai gue ngerasa, ini temen gue bukan, sih? Ya memang gue nggak bisa memungkiri kalau gue pernah berusaha menjadi 'sosok' yang diinginkan pacar gue--anggun dan kalem. Gue pernah melewati hari-hari dimana yang dulunya gue aktif di kelas berubah menjadi siswi yang ngerti nggak nggerti apa yang diajarin guru ya gue diem, duduk di kelas bareng dia sepanjang istirahat, ngobrol cuma sama dia, temen gue negor karena sikap gue aneh, sampe guru bahasa Inggris gue nanya di Facebook, "Im, pacar kamu ngebatasin pergaulan kamu, ya?". Hebatkan, satu perubahan bisa merembet ke aspek lain! Sampai pada akhirnya gue menyerah dengan hubungan dengan seseorang yang nggak nerima gue apa adanya.
Namun sebenernya gue mendambakan seseorang yang semakin merubah pasangannya ke arah lebih baik, termasuk gue. Kayak membuat kritikan yang membangun supaya pacarnya yang males belajar jadi rajin. Terus si pasangannya itu ngingetin buat pasangannya bikin banyak alarm di hp nya supaya bangun pagi buat sholat subuh. Indah, kan? Dimana awalnya elu dan pasangan hanya cuma 70% sempurna, berubah menjadi 1000% sempurna dan baik karena saling membangun dan merubah.
Terus inget juga pepatah, 'di balik kesuksesan seorang laki-laki pasti ada seorang wanita hebat'. So, apakah kalian masih berpikir untuk mencari yang sepenuhnya sukses, tanpa berani menerima seseorang yang belum menjadi siapa-siapa?
*Note: gue nggak tau kenapa. Mungkin gue lelah... but, maaf banget kalau kalian nyesel baca postingan gue yang isinya ceramah semua.
Plus! Gue kasih bonus puisi gue--yang gue buat di satu malam UTS gue yang horror qkqkqkqkqk :V
Pilihan Terakhir
Bila
Bila Tuhan menciptakan aku untukmu
Dan kamu untukku
Maka batas-batas itu akan hilang
Dengan sendirinya
Digantikan tiang-tiang
Penyangga layar kapal
Yang akan membawa kita
Ketempat dengan ribuan misteri
Yang akan kita isi dengan kasih
Lalu kita tambahkan bumbu cinta
Alangkah indahnya hidup ini
Seandainya kita seperti Adam dan Hawa
Diciptakan untuk masing-masing
Terikat takdir
Meski sempat dipisahkan jarak dan waktu
Siang digantikan malam
Terulang tahun demi tahun
Namun mereka satu
Karena mereka adalah bagian yang sama
Lalu, apa yang membuatmu ragu?
Hingga menulis lembaran kriteria
Seolah kesempurnaan yang kau cari
Bukan sebuah kemurnian yang abadi
Yang akan bertahan meski dunia membencimu
Aku tidak lah sempurna
Aku jauh dari kesempurnaan yang kau damba
Jauh...
Bagai aku sebuah gurun dan dunia yang kau impikan
Jauh... jauh...
Jadikanlah aku tempat terakhir
Beri aku ruang tersempit di hatimu
Seandainya kau lelah
Bosan dengan pelayaranmu
Aku hadir sebagai pilihan terakhiir
21:34
Tangerang, 26 April 2018
by Rima Solihat
0 Comments
Show your respect with give me comment, please