Edited by Rima Solihat |
Mendengar atau membaca kata ‘Independent (independen)’ pasti yang terpikirkan oleh kita adalah ‘Mandiri’. Tapi, sebagian orang masih salah mengartikan orang-orang dengan sifat ini sebagai orang yang ‘sok’. Dan ‘sok’ ini bisa dipecahkan lagi sebagai: sok keren, sok pinter, sok ngga butuh bantuan orang, dll. Karena orang independen ini cenderung melakukan segala aktivitas dalam keseharian ini secara individual.
Lalu,
apa sih arti independent sesungguhnya?
Wikipedia mengartikan arti kata independen
sebagai, “Bebas, merdeka, berdiri sendiri, swadaya, swakarsa atau swakarya”
yang dapat dijelaskan seseorang yang secara merdeka melakukan segala aktivitas,
maksud dan tindakan mereka dengan kehendak sendiri tanpa paksaan atau arahaan
orang lain, dan dilakukan secara individual (sendiri) tanpa bantuan orang lain.
Bedanya
Independen, ansos dan sok apa sih?
Karena kurangnya kepekaan kita terhadap 3 sifat
yang hampir mirip ini, membuat orang-orang dengan sifat independen sering dicap
aneh-aneh. Mari kita jabarkan ketiga sifat ini untuk menemukan perbedaannya.
Ansos atau kepanjangan dari anti sosial ini
adalah mereka yang memiliki kecenderungan tidak menyukai atau tidak merasa
nyaman di keramaian, senang menyendiri, menyukai aktivitas indoor atau bahkan
hanya diam di rumah, mampu menghabiskan sebagian waktunya di rumah bahkan selama
berhari-hari, tidak suka bertemu dengan orang, kurang menyukai komunikasi
secara verbal, dll.
Independen adalah mereka yang senang untuk
memutuskan segala sesuatu (rencana, aktivitas, masa depan, dll) secara sendiri, berpikir
secara terbuka, berbicara secara tegas dan lugas, aktivitas indoor maupun
outdoor tidak menjadi masalah, tidak senang untuk mengikuti arus orang lain,
tidak bergantung pada orang lain, percaya diri, dll.
‘Sok’ adalah mereka yang senang untuk melakukan
segala aktivitasnya tanpa perlu bantuan orang lain, cenderung suka pamer,
merasa menjadi orang paling hebat atau unggul dari lingkungannya, gemar
menggurui orang lain, senang menjadi pusat perhatian dan tidak membiarkan orang
lain mengambil posisinya, dll.
Misalnya, gue ambil 2 contoh public figure, mba
Najwa Shihab dan kak Gita Savitri Devi, adalah orang-orang independen namun sering disalah artikan.
Mba Najwa Shihab dengan karakternya yang lugas atau tidak
suka bertele-tele, kritis, berpikiran terbuka dan ‘berani’ ini sering dinilai
oleh orang-orang yang terintimidasi oleh seseorang yang sering dipanggil Mba
Nana ini sebagai perempuan sok ikut campur, sok tahu segalanya, dll. Tak jauh
berbeda dengan Mba Nana, kak Gita juga sering dicap sebagai ‘Fake Muslim’, ‘Muslim
Liberalis’, sombong, dll, karena sifatnya yang terbuka, melawan stigma, dll. Padahal jika kita paham perbedaannya, kita akan tahu
bahwa Mba Nana dan kak Gita adalah orang-orang yang independen.
Apakah
gue orang yang independen?
The answers is... not for totally.
Fyi, Karakter ini cenderung tidak hadir ketika
seseorang berada di area zona nyaman. Biasanya sifat ini lahir ketika seseorang
berada di lingkungan yang berbeda, bertemu dengan orang-orang baru,
ketidakhadiran orang-orang yang biasanya dengannya dan tentunya proses.
Misalkan dalam kasus Kak Gita (watch: Beropini
Mengenai Independen, read: Rentang Kisah), dia ngerasa bisa menjadi orang yang
independen sejak pertama kali menginjakkan kakinya di Jerman. Dimana ia yang
biasanya dibantu sang Ibu mengenai segala hal tentangnya, dipaksa melakukan
segalanya sendirian. Situasi hal itu lah yang membuat dia memiliki sifat open
minded, bebas dalam hal mengambil keputusan dan tindakan, kritis, dll.
Atau dalam contoh kasus gue, sifat independen
ini mulai hadir sejak duduk di bangku Sekolah Dasar—ya meskipun masih hal sepele—dimana
gue cenderung melakukan segala akivitas sehari-hari gue seperti bangun tidur,
berangkat ke sekolah, ngerjain tugas, pergi ke sana sini, dll, sendiri. Kenapa
gue bisa merasa demikian? Karena teman-teman seusia gue cenderung melakukan itu
semua dibantu orangtuanya. Pun dengan kakak gue—umurnya 3 tahun lebih tua—yang
bangun dan mandi aja harus nemu drama ribut-ributan dulu sama nenek gue dan itu
terjadi setiap hari sampai SMP.
Kemudian sifat itu semakin terasah sejak tahun
2017, dimana gue kuliah di kota yang jauh dari kampung halaman, sendiri, nggak
ada keluarga atau kerabat, nggak ada teman satu pun, totally sendiri. Dapet teman
se-kost aja dari grup MABA btw. Wkwkwk.
Untuk keseharian gue tidak merasa kesulitan,
karena memang terbiasa melakukan hal-hal tersebut sendiri, tapi bedanya saat
itu sampai 2020 ada yang nemenin aja—read: teman se-kost. Tetapi sayangnya,
teman-teman di kampus yang belum mengenal gue dengan baik sering nganggap gue berbeda.
Jadi sekalinya gue meminta bantuan, respon mereka pasti ‘Tumben minta bantuan’
dan ‘Tumben nanya (ini kalau ada tugas). Yang sebenarnya selama ini gue tidak
melakukan demikian adalah karena gue punya prinsip nggak mau ngerepotin orang dan selagi masih bisa dikerjain sendiri kenapa harus bebanin orang?
Namun setelah gue banyak mengalami berbagai hal
dan ada pendapat dari teman dekat gue mengenai prinsip tersebut adalah bahwa ‘It’s
okay to ask a question or a help ke orang lain karena nggak selamanya kita
bisa ngerjain segala sesuatunya secara sendiri. Ada beberapa hal yang nggak bisa
kita handle sendiri dan butuh bantuan orang lain. Terlebih kalau dikerjain sendirian
lebih berat dan lama.’ Misalnya, tugas kampus (kelompok atau individu bisa dilakukan
dengan berkolaborasi), sebuah project atau bisnis, bahkan masalah mental health bisa
melibatkan orang lain untuk hasil yang lebih baik.
Namun hal-hal seperti rencana hidup, mobilitas
dan perasaan kita jangan biarkan orang lain yang ngatur sepenuhnya sampai menjadi supir dalam hidup kita sendiri. Setuju?
Terus
gimana sih caranya biar jadi orang yang independen?
Menurut gue, ada beberapa cara supaya menjadi orang yang independen, yakni:
💚 Berani membuat keputusan sendiri, namun bukan berarti lo mutusin segala aspek dalam kehidupan lo secara 100%. Karena mau tidak mau, ada beberapa hal yang tidak bisa kita putuskan sendiri dan perlu banget opsi atau rasan orang lain. Namun yang perlu diingat adalah, yang tahu mengenai lo adalah dirilo sendiri.
💚 Mengalahkan sifat ketakutan, rendah diri dan tidak percaya diri. Mulai belajar mengai self-love dan mulai ngehadapin tantangan-tantangan kecil bisa banget jadi solusi agar 3 sifat negatif ini hilang. Misalnya lo punya demam panggung, bisa mulai bicara sendiri di depan cermin mengenai hal apapun. Setelah nyaman dengan gaya bicara dan berbicara panjang lebar, lo bisa mulai ngeluarin berbagai opini dan pemikiran lo ke orang-orang terdekat lo. Percaya atau tidak, kemampuan public speaking lo sudah terasah karena tindakan sederhana tersebut. Dari pengalaman gue, gue bakalan ngerasa takut dan tidak percaya diri karena gue nggak menguasai materi yang mau gue bicarakan. Jadi sebelumnya gue usahain prepare minimal H-1 untuk banyak baca materi atau nonton video yang bersangkutan, nulis poin-poin penting dan metain di otak gue. Biar setidaknya gue punya gambaran mengenai apa yang pengen gue sampaikan dan gue percaya diri karena gue menguasai hal tersebut.
💚 Berani keluar dari confort zone atau zona nyaman, nggak ada salahnya punya skill baru atau melakukan aktivitas yang berbeda dari biasanya. Dengan hal ini kita akan berhadapi dengan situasi baru bersama dengan risikonya.
💚 Memenuhi kebutuhan sendiri, mulai biasakan memenuhi kebutuhan sendiri seperti barang-barang yang diperlukan atau diinginkan dengan usaha sendiri tanpa minta orangtua dan cara mendapatkannya pun benar-benar usaha kalian sendiri.
💚 Berani untuk bertemu dengan orang-orang baru, karena bertemu dengan orang-orang baru—positif tentunya—akan membuka pikiran lo mengenai sudut pandang baru, perspektif, pengalaman dan hal lain. Perlu diketahui bahwa, belajar dari orang lain terkadang lebih berarti dibandingkan sebuah buku. Dengan bertemu dengan orang-orang baru pun akan membuat tingkat kepercayaan diri kalian akan meningkat.
💚 Berani untuk memiliki lingkungan baru, jangan ragu untuk sekolah atau kuliah, kerja atau magang di luar kota. Karena dengan lingkungan baru ini akan mengasah kemampuan adaptasi kalian sehingga kalian bisa menjadi orang yang nggak kesulitan ketika berada di lingkungan baru suatu waktu bos nempatin lo di area baru, study abroad atau bahkan dapet pasangan di tempat yang jauh, ehhhh...
Oke, sampai di sini dulu postingan gue ya
kawan-kawan. Semoga tulisan ini memberikan manfaat untuk kalian semua.
Jangan lupa komen dan follow by email yaaa...
Biar gue nggak sering-sering bikin blog ini jamuran hehe. Bila perlu kasih tofik yang mau dibahas dipostingan gue selanjutnya dan mungkin kita bisa sharing mengenai tofik tersebut.
See you...
2 Comments
Bahas tentang self healing dong rim.
ReplyDeleteThank you Doni for visiting my blog. Insya'Allah nanti aku bahas ya! Terima kasih sudah membaca!!!
ReplyDeleteShow your respect with give me comment, please