Hello! Good Friends!
Kembali mangkir dari list tofik yang pengen gue bahas di blog ini yang
seharusnya lebih dulu bahas perihal "Independen VS Congkak" dari hasil
polling yang gue sebar di Instagram gue
@rima.solihat.
Maap...
Maap. Maap. Maap. 🙏🙇
Setelah minggu lalu bahas soal 'Don't Be A Volunteer To Glorivy Humans', kali ini gue pengen bahas sebuah tofik yang ngga ada satupun temen gue
mau diajak diskusi. Entah alasannya karena mereka gak tau soal ini, malas
dipusingin, takut speak up atau apa lah gue juga ngga tau. Tapi
sejujurnya gue merasa terpanggil untuk nulis soal ini karena beberapa hal:
Pertama, ini ngebahas kampus dimana gue belajar. Kedua, karena ini bikin
nama kampus gue seolah-olah kualitasnya ngga ada karena
image "kampus murah". Ketiga, semoga ini dapat membantu kalian para
pembaca untuk keluar dari tidak salah kaprah.
Baca juga : Puisi 'Lepas'
Untuk kalian yang mungkin nggak tau permasalahannya bisa ketik aja di
search engine Google kalian dengan keyword "Unpam" atau
"Universitas Pamulang" atau "Unpam Kampus Murah".
Permasalahan ini muncul dari APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta
Indonesia) Wilayah IV-B/Banten yang melakukan protes kepada Wali Kota
Serang mengenai harga UKT Universitas Pamulang yang dinilai mereka 'murah'
dan kualitas dari kampus yang sudah berdiri dari tahun 2002 ini harus
'dipertanyakan' (baca
di sini).
Menurut apa yang gue baca, protes dari APTISI itu dilatar belakangi oleh
kehadiran Universitas baru di Serang yang merupakan bagian dari Unpam,
yakni Universitas Sutomo. Dalam pemberlakuan biaya UKT terhadap
mahasiswa sendiri dipatok harga sebesar Rp. 150.000,- perbulan, lebih
murah dibandingkan UKT mahasiswa Unpam di Pamulang yakni kisaran Rp.
200.000,-/perbulan dan untuk UTS/UAS sebesar Rp. 250.000,-. Menurut
APTISI, harga yang ditawarkan Unpam sendiri akan mematikan kampus-kampus
yang lebih dulu ada di Serang. Mereka pun mempertanyakan standar
kualitas dari kampus baru Unpam di Serang tersebut apakah sudah sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan.
What do you think?
Polemik ini tentunya memancing berbagai pihak untuk ikut bersuara
mengenai 'Ketidaksetujuan APTISI Soal Kampus Murah' yang menurut mereka
bisa memberikan masalah terhadap kampus swasta lain di Banten. Pro dan
kontra takkan terelakkan. Salah satunya dari Bapak Pujiyanto mengenai
kritikannya terhadap anggota APTISI yang menyatakan keberatan mereka (baca
di sini). Atau dari Bapak Wakil Gubernur Banten, Andika Mazrumy yang ikut
menyuarakan suara mengenai polemik antara pihak swasta dengan kampus yang
memiliki jumlah mahasiswa lebih dari 100ribu tersebut. (baca
di sini)
"Kalau kami dari sisi pemerintah penunjang peningkatakan SDM (sumber
daya manusia), kami akan suport. Yang terpenting berdampak positif
bagi masyarakat,"
ujar Pak Andika.
Sebenarnya, menurut gue, permasalahan soal biaya pendidikan yang murah
harusnya tidak menjadi polemik yang berarti bagi para petinggi, apalagi
kaum akademisi. Sebab pendidikan yang murah justru menguntungkan
anak-anak negeri yang pengen menimba ilmu namun memiliki keterbatasan
biaya. Namun hal ini tentunya menjadi PR bagi kampus-kampus yang
menawarkan biaya murah seperti Unpam.
"Bukan hanya kuantitas mahasiswa yang terdaftar, tapi kualitas dalam
memberikan pelayanan pendidikan, jangan sampai pendidikan murah tapi
tidak memberikan kualitas baik kepada mahasiswanya," pungkas Pak Andika.
Masih banyak pihak lain yang juga ikut speak up mengenai
masalah ini, namun dipastikan lebih banyak kontra dibandingkan yang
pro sama APTISI. Seperti Pak Alex Prabu, anggota Komisi II DPRD
Tangsel, hingga mahasiswa UIN juga ikut memberikan suara.
Apapun itu, mari kita bahas soal Prestasi dan Kualitas dari
Universitas Pamulang:
1. Menjadi Perguruan Tinggi Nomor 1 Pembelajaran Daring
Pada tanggal 21 Maret 2021, spada.kemendikbud.go.id memposting daftar
perguruan tinggi dengan sistem pembelajaran daring terbarik di Indonesia
(baca
di sini). Universitas Pamulang berada diurutan nomor 1 sebagai perguruan tinggi
nomor 1 dengan pembelajaran daring.
Unpam sendiri sejak gue kuliah di sana (sem. 2017) udah memberlakukan
sistem e-learning atau pembelajaran daring sebagai salah satu aspek
pembelajaran selain di kelas. Jadi alhamdulillah, sebelum COVID-19 masuk
ke Indonesia dan bikin pembelajaran tatap muka beralih ke daring, Unpam
sudah lebih dulu memakai sistem daring dan menurut gue Unpam sudah siap
dengan tantangan di dunia pendidikan saat pandemi.
Sistemnya pun berkembang menjadi lebih kompleks dimana ada sesi forum
diskusi, forum input tugas, download modul, riset, bahkan disediakan video
pembelajaran. Dan gak kalah penting, Unpam juga nerapin Vicon (video
conference) untuk mahasiswanya melalui e-learning.
2. Menjadi Kiblat PTN/PTS dalam tatakelola Perguruan Tinggi berbiaya
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, disamping itu Unpam berfokus pada Prestasi Akademik dan Non Akademik
(baca
di sini)
3. Juara Lomba Esay Tingkat Nasional di Muhammadiyah Engineers Festival
(MUNEER FEST UMJ)
(baca di sini).
4. Mendapatkan 5 dari 11 penghargaan yang diadakan oleh LLDIKTI Wilayah
Jawa Barat dan Banten (baca
di sini). Diantaranya adalah kampus dengan sertifikasi dosen terbanyak
lulusannya, penelitian terbanyak dan kampus dengan mahasiswa yang juara 1
dalam Inovasi Bisnis yang diselenggarakan oleh Kemenristek Dikti.
5. Fasilitas penunjang sertifikasi Mahasiswa/i dengan harga murah
(Toefl iBT, uji kompetensi, dll).
6. Pengahajar/dosen yang kredibel, lulusan kampus negeri dan melakukan
banyak penelitian bahkan kolaborasi dengan institusi luar negeri.
Dan prestasi-prestasi lainnya yang bisa di akses di bawah ini:
* Prestasi Mahasiswa/i Prodi S1
Hukum,
Teknik Kimia,
Ekonomi,
dll.
List-list itu adalah sejauh mana yang gue tahu dan yang gue temukan di
mbah Google. Mungkin kalau teman-teman ada yang tahu prestasi dari kampus
dengan mahasiswa lebih dari 110.000 tersebut bisa komen di bawah!
Well, mengenai berbicara kampus murah, Unpam memang memiliki misi
dan visi menawarkan pendidikan berkualitas dengan harga yang murah agar
bisa dijangkau oleh semua aspek, khususnya orang-orang kelas menengah ke
bawah. Hal tersebut disampaikan Pak H. Darsono ketika diundang ke program
Kick Andy (baca
di sini). Alasan pendirian Unpam sendiri menurut ketua Yayasan Sasmita Jaya
Tersebut adalah sebagai balas dendam pendidikan karena dahulu Pak Darsono
kesulitan untuk mengenyam pendidikan karena keterbatasan ekonomi. Dengan
tekat dan semangatnya untuk mengenyam bangku kuliah, Pak Darsono bekerja
sebagai buruh di tempat pembuatan batu bata merah. Perjuangannya tersebut
membuatnya bertekad untuk membuat sebuah kampus murah yang memberikan
kesempatan anak-anak bangsa dengan latar belakang ekonomi rendah mampu
mengenyam dunia pendidikan.
Dan sejauh yang gue tau melalui seminar atau saat menjadi anggota
organisasi, Unpam sendiri sudah beberapa kali ditawari untuk merubah
statusnya dari swasta menjadi negeri oleh Kemenristekdikti. Hanya saja
Unpam tahu apabila status swasta tersebut di lepas, maka akan ada
biaya-biaya baru seperti uang gedung yang akan ditanggung
Mahasiswa/i-nya.
Baca juga : Top 5 My Favorite Youtube Channel
Terlepas dari pro kontra soal biaya murah yang diberlakukan Unpam untuk
mahasiswanya, seharusnya pihak-pihak yang berada di atas menghormati visi
dan misi atas berdirinya sebuah kampus atau sekolah. Terlebih 'manfaat'
yang dirasakan memang sampai kepada mereka yang masih bersemangat untuk
mengenyam dunia pendidikan. Kualitaspun menurut gue bagus-bagus aja
dibandingkan yang lain. Karena beberapa waktu lalu, gue nanya kepada rekan
sesama pemagang gue yang ia sendiri kuliah di Universitas negeri ternama
di Bandung, ditanya soal daring yang saat ini dijalani di kampusnya, ia
sendiri membeberkan bahwa website e-learning kampusnya kayak sarang
laba-laba alias jarang tersentuh. Waktu gue beberin sama apa aja yang ada
di website e-learning unpam, dia kaget karena daring Unpam seperti kuliah
offline.
E-Learning Unpam |
Untuk standar bangunan/gedung pun Unpam sendiri punya lebih dari 3
gedung (Utama, Viktor, Witana).
Image from Google |
Image from Google |
Bahkan untuk melakukan wisuda, Unpam sendiri tidak menyewa hotel atau
gedung karena memiliki tempat sendiri untuk melakukan setiap prosesi
wisuda para Mahasiswa/i-nya.
The main point yang sebenarnya pengen banget gue bagikan
dipostingan kali ini adalah, ngga peduli persoalan kampus murah atau
nggak selagi kualitasnya bisa dijamin dan jelas-jelas aja. Gue tau
stigma yang didapetin kampus gue yang based on my experiences, tapi toh lulusan dari kampus gue banyak yang kerja di perusahaan
daerah, nasional hingga multinasional. Dari perusahaan perseorangan,
daerah sampai perusahaan Start Up.
Yang terpenting bukan cuma dari kampus mana lo kuliah, tetapi selama lo
menjadi mahasiswa/i, lo mengejar banyak prestasi, kontribusi dan kegiatan
positif yang lu lakukan sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi (baca
di sini). Terlebih banyak langkah dan sinergi yang dilakukan Unpam untuk menjadi
Perguruan yang tidak hanya memiliki mahasiswa terbanyak se-Indonesia, tetapi
unggul dalam segi kualitas dan prestasi. Terobosan seperti diberlakukan
kewajiban untuk setiap mahasiswa/i melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat,
mengikuti Sertifikasi Kewirausahaan, test bahasa (TOEFL iBT), dll.
Sekian tulisan gue kali ini yang seharusnya diposting minggu kemarin.
Karena banyak artikel yang harus gue baca karena tofik ini nggak bisa asal
ngomong aja tanpa ada data atau sumber yang jelas.
Untuk masalah APTISI dan Unpam... plot twist, sudah berdamai permirsah.
APTISI sendiri 'mengakui' tidak bermaksud meragukan kualitas Unpam katanya
(baca
di sini).
Gue berharap nggak ada pihak-pihak yang sebenarnya tidak diragukan kembali
muncul dengan persoalan kebijakan Unpam untuk kebaikan mahasiswa/inya.
Terlebih pihak-pihak atas berintelek, karena sejujurnya kurang etis
aja.
Saran untuk pemerintah:
Kami, Mahasiswa/i dan Universitas Pamulang perlu dukungan penuh untuk
pemberdayaan Mahasiswa/i agar terkelola dan potensi dari setiap
Mahasiswa/i-nya digunakan secara maksimal. Dengan jumlah Mahasiswa/i lebih
dari 100.000 orang ini mampu dimanfaatkan secara maksimal asalkan dikelola
dengan baik agar menjadi SDM yang unggul. Jumlah Mahasiswa/i Unpam menjadi
cerminan Indonesia sendiri gue rasa, dimana jumlah rakyat Indonesa yang
lebih dari 200 juta penduduk ini membuat Indonesia mengalami kebanjiran
momentum produktifitas, hingga mampu menggerakan perekonomian ke arah yang
lebih baik.
Saran untuk kampus yang merasa tersaingi dengan adanya kampus-kampus
seperti Unpam yang menawarkan pendidikan dengan biaya terjangkau:
Persaingan selalu ada. Harga memang menjadi salah satu pertimbangan
seseorang untuk kuliah. Jika tidak mampu bersaing secara harga, bersaing
saja secara kualitas dan aspek lainnya.
Oke sampai di sini dulu. Insya'Allah tulisan ini akan gue posting kembali
di website lain dengan bacaan yang lebih baku dan sesuai kaidah berbahasa
Indonesi (EYD). Dan insya'Allah tofik soal 'Independent VS Congkak' akan gue
posting dalam minggu ini juga.
Happy Monday! Dan jangan lupa untuk follow Ig gue @rima.solihat, follow
blog ini dan tulis komentar untuk kita diskusi bareng. Oh iya jangan lupa
share link artikelnya ke teman-teman kalian!
Hatur Nuhun!
Baca juga : Kenapa Kamu Harus Mulai Ngeblog?
5 Comments
Siap hyung
ReplyDeletesetuju, nih. unpam emang bener bener dipandang rendah. waktu gue mau masuk unpam pun seketika dilihat seolah 'kaya nggak ada kampus lain aja' sama orang - orang terdekat. bahkan guru gue aja pas tau gue mau masuk unpam mukanya keliatan mesem, ga tertarik. tapi giliran temen gue yang masuk di kampus swasta lain langsung ditanya dengan antusias. alasan gue masuk unpam emang karena murah, sih. tapi pas tau kualitasnya nggak kalah jauh sama kampus swasta lain, gue jadi ikutan bangga, malah nggak nyesel kaya waktu pertama gue daftar. emang dasar orang - orang aja pada nganggap remeh hal - hal yang murah dan berpikiran kalau yang murah itu nggak bagus. buat kalian yang emang dananya terbatas tapi mau kuliah, gapapa gaes kuliah aja. tebelin mental, tutup telinga dari orang - orang toxic di sekitar kalian. toh yang jalanin kan kalian, nanti juga mereka ngeliat lo itu enak. tunjukan aja kalau lo tuh nggak kalah saing sama mahasiswa/i di kampus ternama. mau lo kuliah di kampus mana aja juga kalau skill nggak mumpuni mah percuma, ngapain coba numpang beken dari nama? yang penting itu skill lo sendiri. udah.
ReplyDeleteTo Casper:
ReplyDeleteBener banget sih. Gue juga pernah diposisi kaya minder gitu karena kampus. Cuma sekarang gue mikirnya harus bikin bangga kampus sendiri dengan ikut ini itu biar bawa nama kampus gue juga kan. Ceritain dong hal lain yang lu alamin karena stigma tentang kampus kita?
Setuju sih,kalo pengalaman pribadi gue ya dulu gue sempet mau masuk kampus tp yang gue tau kampus2 swasta tuh mahal2 ,eh pas Nemu kampus universitas Pamulang yang harganya terjangkau tapi berkualitas ya menurut gue setelah gue udh masuk ke kampus unpam
ReplyDeleteYa gue rasa sih ini udah setara sama kampus2 swasta lainnya sih.
Orang2 yg blg kampus umpam murah bgt tp blg ga meyakinkan menurut gue itu salah,mereka harus ngerasain dulu baru bisa berkomentar lebih lanjut.
Intinya umpam tuh bisa bikin harapan orang2 yg tidak berkecukupan bisa juga ngerasain kuliah dengan harga yang terjangkau dan kualitas oke.
Hi Anita, terima kasih banyak sudah mampir dan baca!
ReplyDeleteYup setuju banget. Bahkan dosen gue juga bilang ada anak tukang becak yang bida kuliah. Bahkan ketika gue riset, ada tukang koran yang kuliah di Unpam dan sekarang udah jadi dosen. Dan ada juga yang sekarang udah kerja di perusahaan-perusahaan besar. Mungkin tidak setiap orang bisa kuliah di PTN/PTS ternama. Tetapi setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan meraih mimpinya.
Show your respect with give me comment, please