Jadi gini lho, gue mulai kebingungan dengan apa yang harus gue posting secepatnya--mostly yang jadi materi-materi baru gue ini masih dalam tahap pembuatan yang harus ditempuh dengan cara bermeditasi di gua atau di gunung -_- Wkwkwk. Dan tiba-tiba hujan turun, and start when i always write a poetry. Yang gue mau juga kirimin ke mading kampus nanti. Insya'Allah.
So here we go, 'Hujan Yang Sama' yang maybe akan bikin kalian tersentuh dengan rangkaian kata seorang amatiran yang suka bikin puisi di kala kegiatannya yang agak aneh, misalnya: mau tidur, lihat hujan, masak, di jalan atau lebih parahnya pada saat kegiatan rutin seorang manusia yang selalu di lakukannya seorang diri di dalam sebuah ruangan dalam keadaan 'mengiklaskan' sesuatu yang akan berujung dengan kelegaan tersendiri. You must to know what i mean, wkwk.
Hujan Yang Sama...
Ketika kutarik hembusan nafas ini dikala lelah
Kupeluk diri yang menggilil dikala angin menyentuh
Saat itu kutersadar satu hal yang hilang
Satu hal yang tak pernah kembali namun minta diingat
Masa lalu
Kerinduan ini tak pernah hilang
Melepaskan keiklasan
Namun bukan itu yang kutakutkan
Yang kutakuti adalah jiwa-jiwa yang menangis karenanya
Karena aku terlalu menggenggamnya tanpa permisi
Permisi pada dua hati yang saling mencinta
Kewarasanku sudah lama hilang
Menjadikan jiwa ini semakin menggila
Frustasi akan sebuah hal yang tak pasti
Akankah hujan ini datang lagi?
Langit menangis dengan membisu
Membendung rahasia yang bersembunyi di dalamnya
Tanpa kutahui rahasia itu hingga kini
RIMA SOLIHAT
Tangerang, 13 Maret 2018
0 Comments
Show your respect with give me comment, please