Puisi: Tanpa Judul

Karena gue gabut, gue bakalan kasih tau satu puisi gue yang lupa gue kasih tanggal dan bahkan judul pas pembuatannya. Semoga para gabuters bisa kehibur, heh.

Tanpa Judul

Gumpalan awan kelabu memutar di atas petala langit
Membayangi dan menakuti bumi yang kini mulai kehilangan porosnya
Kini semua orang kehilangan arahnya
Namun, hanya kitalah satu-satunya dua insan yang tahu
Tujuan dan keinginan hati yang paling dalam
Menjadi satu kesatuan bagaikan embun ketika menyentuh bumi

Kukejar kau yang tersenyum seraya merentangkan tangan
Menyambutku dengan penuh kerinduan di matamu
Kutahu apa yang ada dalam hatimu ketika kita saling berpandangan
Kau mencintaiku seperti aku mencintaimu

Tiba ketika aku mulai menyentuh tanganmu dengan jari-jari rapuhku yang malang
Kau menghilang bagai tenggelam di samudera penuh badai
Dan akhirnya, kutahu hanya akulah satu-satunya orang di sana
Masih melihat ke tempat kau sebelumnya
Tersenyum dan mencintaiku

Kini aku meradang
Luka yang ditimbulkan kehilanganmu tak sebanding dengan kenyataan kau tak jadi lagi milikku
Hilang... entah kemana kau ini sayang?
Hayalku terburai pergi meninggalkan goresan-goresan di hati

Ingin rasanya ku kembali
Menjadi sebuah embun dipeluk awan langit fajar
Tak menyentuhmu namun kau diam di dekatku
Tak memilikimu namun kau ada bersamaku
Menjadi metamorfosa ku

Aku tersesat di tengah-tengah tanah gersang yang bergelora
Sendiri membendung rasa sesal
Akan hilangnya engkau
Dengan akulah penyebabnya

Andaikan kau masih di sana
Berdiri dan merentangkan tangan bagai malaikat
Mungkin aku bisa bertahan sampai seribu tahun lamanya di tanah gurun
Namun kini, aku hanya akan menjadi tamu sejenak
Aku akan membelai tanpa menyentuh tanah
Lalu kemudian sama menghilangnya dengan dirimu

Tapi arah kita tak sama
Kau yang kembali bersama pemilik hatimu saat ini
Sedangkan aku?
Aku hanya akan menjadi tamu kecil tak berarti di tengah-tengah keramaian angin

(Pembuatan 2014-2015 *gue lupa)

Post a Comment

0 Comments