Untuk jiwa-jiwa yang terluka di luar sana, ini adalah surat terbuka untuk kalian.
Untuk setiap cerita-cerita yang tak indah di tengah-tengah damba akan rasa nyaman.
Terima kasih sudah berjuang hingga tiba di titik ini. Terima kasih telah menelan bulat-bulat masalah itu sendiri. Terima kasih karena tetap yakin bahwa akan tiba saat untuk kita bahagia.
Terima kasih.
Kamu cukup kuat ternyata untuk sampai di titik ini—meskipun mungkin masih ada diantara kita yang berjuang menyembuhkan luka-lukanya.Namun tetap saja kita harus merayakan keberhasilan kita karena sudah melewati jurang-jurang itu sendirian.
Kamu masih bertahan dalam kebisuan takdir akan lukamu. Memaksamu untuk merasakan sakit dalam masa kanakmu. Menyesuaikan kehidupan remja ke dewasa yang sering membuatmu limbung, bingung, pusing dan lelah, masa ini adalah ketika kamu meninggalkan rumah. Perlahan melepaskan diri dari orangtua dan keluarga. Kamu, yang pergi untuk menempuh studi, bekerja atau menikah. Kita dalam kondisi yang sama, namun dalam kondisi dan tujuan yang berbeda.
Pastinya kita akan bertemu lelahnya badan, dan ketidak aturan waktu. Segalanya terasa tidak seimbang. Antara studi dan passion, passion dan pekerjaan, studi dan pekerjaan, atau lain hal lainnya.
Kamu sedang berjuang. Yeah, rasanya pasti setiap diantara kita ingin kembali menjadi anak-anak yang pergi ke sekolah dalam keadaan kenyang, bertemu teman-teman yang saat itu belum mengenal apa itu cinta, saat pulang sekolah masakan sudah dihidangkan, bermain lagi seolah waktu kalian tidak akan terbuang sia-sia meskipun dihabiskan seharian penuh, menjelang maghrib pergi mengaji—lagi-lagi bertemu teman—setelahnya kita pulang disambut dengan obrolan hangat dengan keluarga hingga kedua mata mengantuk dan tertidur. Senang rasanya. Terasa hari itu hidup terasa sempurna. Meskipun kita lupa satu hal... PR dari guru untuk dikumpulkan besok. Hahaha
Gambaran keluarga 'umum' tergambarkan seperti itu terasa lebih menyenangkan untuk dinikmati dibandingkan hari-hari melelahkan ini. Meskipun banyak juga diantara kita yang tidak mengalami rutinitas seperti itu, seperti saya. Tak mengapa... Saya sedang berjuang.
Berjuang untuk impian yang saya temukan untuk pertama kalinya ketika saya masih duduk dibangku SMP. Untuk setiap usaha dan perjuang dari orang-orang di sekitar saya. Untuk masa depan. Untuk orang-orang di luar sana yang berhak mendapatkan rasa bahagia dari saya. Dan tak lupa untuk Allah yang telat mengizinkan saya hidup.
Saya senang. Kita semua harus senang. Dengan itu setengah dari permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini sudah teratasi.
Mari lebih sering menunduk untuk melihat orang-orang yang lebih kurang beruntung dari kita. Jangan terlalu sering melihat ke atas dan membandingkan diri. Namun boleh membandingkan dalam kualitas maupun seberapa sering dalam beribadah, kapabilitas diri, prestasi, dan hal baik lainnya. Lebih seringlah merasa bodoh dan tidak bisa apa-apa. Tapi jangan lupa untuk terus mengupgrade-nya. :)
Hidup susah jika dipikirkan susah.
Tak mengapa sesekali mengeluh terhadap manusia, kamu berhak didengar dan diberi kalimat-kalimat dukungan. Tak apa-apa menjadi sedih... Karena kamu hanyalah manusia biasa. Yang dianugerahi hati, pikiran, tenaga dan batasan-batasan yang ada dalam pada dirimu.
Sebuah batasan yang bisa saja kamu mewati.
Kamu luar biasa. Siapa yang tahu kamu akan menjadi apa? Dan siapa yang tahu kamu akan menjadi sehebat apa? Dengan apa yang kamu alami, jalani dan sedang kamu perjuangkan sekarang.
0 Comments
Show your respect with give me comment, please