Sinopsis Singkat dari Let’s Go
JETS (2017)
Berawal
dari ketertarikan seorang gadis SMA Fukui Choui yang bernama Hikari Tomonaga
(Suzu Hirose) untuk masuk ke dalam sebuah club cheerdance dengan sebuah niat
awal agar masuk ke Televisi dan menyorakki siswa yang disukainya, Kosuke
Yamashita (Mackenyu Arata). Dengan bakat yang nol besar, badan yang kaku, dan
hanya mengandalkan sebuah senyuman yang menjadi daya tariknya di club yang
dipimpin oleh Kaoruko Saotome (Yuki Amami) yang dikenal sebagai ‘Ibu Neraka’
karena ketegasannya dalam membimbing.
Pada
saat Hikari masuk ke club cheerdance, banyak hal yang tidak ia ketahui dari
dunia seni tari yang menggabungkan beberapa tarian menjadi satu, seperti: jazz,
line, hip hop, dll, tersebut. Bahkan ketika masing-masing anggota baru club—anggota
sisa, karena senpai mereka keluar semua—menunjukkan tarian, Hikari termasuk
penari terburuk dan kaku meskipun dia memiliki senyuman terbaik karena tidak
terlihat dipaksakan dan kaku.
Perjuangan
club cheerdance JETS dimulai ketika Kaoruko memberitahu mereka bahwa tujuan atau
sasaran dari club mereka adalah dengan menaklukkan Amerika. Sesuatu hal yang
amat sangat mustahil, apalagi untuk sekolah dari sebuah kota kecil di Jepang.
Namun Kaoruku tidak pantang semangat, dengan berbekal kegigihan, visi dan
semangat ia memacu murid-muridnya untuk sampai di kejuataan internasional
tersebut. Meskipun mereka harus menghadapi ribuan rintangan yang datang
termasuk ketidak kompakan anggota dan desakan diinginkan wakil kepala sekolah untuk merubah cheerdance menjadi club Baton—yang sebelumnya
ada saja.
Hikari
merasa bahwa dia sangat kaku dan amat buruk tariannya. Hingga dia merasa ingin
menyerah saja dan keluar. Namun Ayano Tamayaki—anggota yang ditunjuk Kaoruko
sebagai pemimpin club—meminta Hikari untuk melakukannya sekali lagi,
membujuknya agar mencoba untuk menikmati tarian hingga dia akan menghargai
cheerdance. Hingga membuat Hikari terbujuk dan berhasil menghargai sebuah
tarian meskipun gerakan dia tetap belum bisa menyamai rekan-rekan setimnya.
Satu
demi satu cobaan datang. Satu demi satu anggota club pergi. Menyisakan anggota
grup yang awalnya sangat sedikit menjadi semakin sedikit. Namun Kaoruko dan
anggota lain tetap mempertahankan JETS. Mereka kemudian berlatih dan berlatih
hingga mencapai titik dimana mereka inginkan, yakni kejuaraan Amerika.
My Review
Banyak
hal yang gue pelajari dari film ini. Sebuah tamparan keras untuk remaja seusia
gue yang tidak komitmen dengan apa yang sudah dimulai, mudah menyerah, kagum
dengan orang lain tanpa mencoba untuk belajar seperti mereka, dan tidak berani bermimpi setinggi langit karena merasa mimpi tersebut terlalu jauh dan mimpi
besar hanya untuk anak-anak kota dari golongan kaya saja.
Kisah
ini berdasarkan kisah nyata dari sekelompok club cheerdance yang bernama JETS
dari SMA Fukui Chou dari sebuah kota kecil, dan seorang guru yang memiliki
tinggi untuk memenangkan kejuaraan Amerika yang terdengar gila dan bahkan
banyak yang menertawakan karena terlihat sangat mustahil rasanya, bahkan untuk
kesekedar kejuaraan nasional. Namun,
apakah Saotome menyerah? Tidak. Dia tetap menaruh mimpinya itu di atas
kepalanya dan berusaha untuk membimbing anak-anak cheerdance-nya untuk percaya
akan mimpi yang bisa mereka raih, tak peduli dari asal mereka.
Film
ini juga mengajarkan gue akan sebuah persahabatan, yang tak bisa memilih dengan
siapa kita akan 'nyaman' bersahabat. Seperti Hikari yang bersahabat dengan Ayano
Tamayaki yang berambisius, fokus dan pintar. Atau dengan --- yang tak bisa
tersenyum meskipun berbakat. Atau dengan ---- yang berbadan gemuk namun
memiliki semangat untuk menari. Atau dengan ---- yang ceria, pemalu, dan berbadan
kaku seperti Hikari. Mereka bersatu dengan sebuah alasan yang sama, menjalankan
mimpi mereka meskipun berbagai rintangan mereka hadapi masing-masing.
Dan
gue paling salut dengan karakter seorang Hikari Tomonaga yang jarang ada di
dalam sebuah film. Rata-rata seorang tokoh utama dari film itu protagonis—Hikari
juga—namun Hikari memiliki sisi lain yang biasanya tidak ditampilkan seorang
tokoh utama di film-film lain, seperti: mudah menyerah, penggerutu,
pemberontak, moody-an. Hikari memiliki karakter itu semua disamping keceriaan,
keras kepala, berhati besar, tak mudah menyerah, dan mendukung apapun yang
timnya lakukan. Salah satu scene dimana gue salut banget sama Hikari saat
kakinya keseleo karena berusaha untuk menyamai gerakannya yang lamban supaya timya tidak kacau, dan ia diharuskan untuk istirahat selama 2 bulan. Dengan
kondisi itu Hikari benar-benar merasa terpuruk, apalagi ia masih belum bisa
menyamai tempo gerakkannya dengan teman-temannya meskipun ia lebih lentur
dibandingkan saat pertama kali. Apa yang Hikari lakukan? Apakah dia hanya akan
melamun-melamun tidak jelas? Tidak, yang Hikari lakukan adalah memberikan
dukungan untuk teman-temannya yang berjuang untuk tarian yang akan
dipersembahkan JETS yang mulai merasa lelah, ngeblank, dan ingin menyerah.
Lalu,
ketika Bu Saotome menyuruh Hikari untuk menyingkir dari barisan anggota
karena dirasa tariannya kacau dan memengaruhi sekitarnya, Hikari menyingkir
dengan lapang dada meskipun ia ingin menangis ketika posisinya digantikan oleh
juniornya sendiri. Sejak saat itu Hikari belajar mati-matian untuk menyamai
gerakan dan mengejar ketertinggalannya selama dua bulan. Setiap siang dan malam
ia menari sendiri di kamarnya dengan air mata yang keluar karena kecintaannya
terhadap cheerdance dan JETS. Hal yang sejak dulu tak pernah ia bayangkan.
Lambat
lain gerakan Hikari jauh lebih baik. Ia bergabung dengan anggota JETS lainnya sebagai kapten team untuk melewati babak final ajang kejuaraan hingga menjadi juara U.S Champions.
Dengan usaha, kerja keras, kesabaran, ambisi, kekuatan, mimpi dan keceriaan
yang ia pertahankan selama tiga tahun di SMA Fukui ia mampu memimpin JETS
sebagai juara pertama.
Hahhh...
gue ngerasa banyak yang bisa kita pelajari dari sosok Hikari. Gadis yang
awalnya mengejar perhatian dari cowok yang dia sukai dengan cara ikut club
cheerdance, tapi malah dibuat jatuh cinta dengan itu.
Kisah ini
mengingatkan kita bahwa mimpi setinggi langitpun dapat dimilikki siapa saja,
darimana ia, atau dari kalangan manapun. Mimpi itu gratis! Asalkan kita mau
memperjuangkan segala hal untuk meraihnya, seperti: waktu, tenaga, pikiran, perasaan,
dan zona nyaman.
Kisah ini juga
mengingatkan kita bahwa akan ada badai demi badai yang menerjang kita, seperti:
teman yang pergi, ujian, kehidupan yang keras. Namun sekali lagi, hal itu akan
berlalu jika kita terus berjalan.
Oke, sekian
Review Let’s Go JETS! Dari gue. Buat kalian yang juga suka film ini komen-komen
aja di bawah untuk sharing hal apa yang kalian sukai di film ini. See you next Friday!
0 Comments
Show your respect with give me comment, please